Kisah Klasik FIFI

Perkenalkan namaku Fifi. Ini bukanlah nama asliku.Aku di lahirkan sebagai laki-laki dari keluarga yang cukup terpandang di kota kelahiranku Wamena Irian Jaya. Aku anak ke 3 dari 5 bersaudara yang semuanya perempuan. Sejak berumur 5 tahun aku memang agak berbeda dari teman-teman sebayaku. Aneka mainan laki-laki tak pernah membuatku tertarik. Tapi alangkah berbunganya hatiku bila aku dapat memainkan boneka kepunyaan kakak dan adikku.

Di sekolah dasar kepribadianku tumbuh sebagai laki-laki. Aku mulai menyukai permainan laki-laki. Aku juga mulai banyak bergaul dengan teman laki-laki. Tetapi di saat pertumbuhan itu datanglah bencana yang tidak pernah aku duga dan tidak aku harapkan. Kejadian bermula ketika aku sedang asyik bermain di rumah temanku. Rumah temanku pada saat itu sedang kosong dan hanya ada om temanku yang biasa kami panggil om Burhan.Entah setan mana yang merasuki om Burhan hingga ia memanggilku ke kamarnya. di kamar tersebut om Burhan memperkenalkan aku pada dunia yang sama sekali baru bagiku.

Di bangku SMP aku kembali menyadari bahwa sebenarnya diriku adalah wanita yang di lahirkan sebagai laki-laki. Kesukaanku akan benda-benda untuk wanita kembali timbul. Aku bahkan belajar menggunakan make up secara sembunyi-sembunyi. Di kamar aku suka menggunakan pakaian dalam wanita dan itu menimbulkan rasa nyaman dalam diriku.

Lepas SMA perasaan ini semakin menyiksa. Apalagi aku banyak berteman dengan orang-orang yang sejenis denganku. Akhirnya ku beranikan diri untuk jujur kepada orang tuaku akan keadaan diriku yang sebenarnya. Mulanya mereka sangat sedih dan kecewa. Ibuku sampai harus di rawat di rumah sakit karena syok (soak jiwanya). Syukurlah akhirnya mereka mau juga menerima diriku. Bahkan mereka pelan-pelan mendukungku.

Tahun 2005 kemarin aku telah melakukan operasi untuk merubah bentuk tubuhku. Aku puas sekali dengan hasilnya karena bahkan wanita sekalipun tidak akan bisa mempunyai bentuk tubuh seperti tubuhku. Banyak wanita iri karena kelebihan yang aku miliki. Inilah sebagian gambaran diriku.