Dia haramkan semua atas apa yang namanya selain daripada keadilan. dia juangkan segenap peluhnya demi mengusir lapar yang meminta. dia abaikan apa yang memang seharusnya tidak perlu ia ketahui. dia tertawa, ketika aku jatuh dalam suatu usaha dan aku berhasil karenanya. dia menangis, ketika kebahagiaan datang padaku dan aku terpuruk karenanya. dia yang bersedia dihina demi harga diriku. dia yang taklukkan segala ketakutanku. dia yang selalu ada ketika kubutuhkan. dan dia yang selalu mendoa tiada henti untuk kebahagiaanku.
Aku yang selalu mengagungkan keadilan, tapi keadilan yang semu. aku yang selalu merengek ketika lapar menyerangku, dan aku menyalahkannya. aku yang selalu ingin tahu atas apa yang terjadi di dunia, tanpa peduli walau harus menjejaki privasi seseorang. aku yang selalu menggerutu ketika kegagalan datang. Aku yang selalu melukai hatinya dengan kebahagiaan dunia yang aku miliki. aku yang tak tahu bagaimana caranya berterimakasih ketika dia membela harga diriku. aku yang selalu sesumbar merasa berani menantang semua hal padahal masih takut dengan kehidupan. aku yang tidak bisa meluangkan sedikit waktu hanya untuk mengobati kerinduannya padaku. dan aku yang selalu membantah setiap perkataannya.
Aku.
Ya..Akulah manusia sombong itu. manusia yang masih mencari tingkap sejati pemaknaan atas sesuatu. manusia yang benar-benar bukan manusia dan manusia yang ingin memanusiakan dirinya. manusia yang tidak berguna atas segala bentuk usaha dan perjuangannya.
sementara...
Dia..
Ya...Dia. dia yang selalu tersenyum dan menerimaku apa adanya. ketika yang lain memalingkan muka dan mengusirku, dia buka kedua tangannya lebar-lebar menerima kehadiranku.
Ahh...aku pasti sangat berdosa padamu. mungkin jutaan kata maaf tak mungkin bisa menghapusnya. dan mungkin sedikit lelehan air mata dengan balutan ketulusan bisa menghapusnya.....
"....Ibu, Maafkan Aku....!!!"